Powered By Blogger

Thursday, June 2, 2011

"Tolonggggggggggg... Aku diserang"



Kemarin liat labi-labi (baca: kura-kura) di rumah seorang teman... MasyaAllah gedeee nya. Liat labi-labi itu aku jadi inget punya piaraan labi-labi juga dulu beberapa tahun lalu. Namanya devon, ukurannya sih g segede punya temenku itu. Udah serem aja tuh kalo gedenya udah segitu, kaya siluman labi-labi... nggilani tenan!!!
Gara- gara liat labi-labi di rumah temenku itu, aku jadi inget sedikit cerita g penting yang terjadi antara aku dengan Devon... *krik krik
Jadi gini critanya....
Si Devon seolah-olah selalu ngajak aku bermain bersama (mungkin kita udah sama-sama punya ikatan batin yang kuat, xixixixixixi)...

Siang itu aku pulang kuliah, seperti biasa, kita main bareng (main kartu, main layangan). Aku angkat Devon dari aquariumnya itu... dan kita main hide and seek. Devon yang hide, dan aku yang seek (bahasa jawanya: delikan). Aku suka bgt biarin dia klayapan ke penjuru kamarku, kalo dia udah g kliatan lagi, aku pasti dengan paniknya cari kemana Devon bersembunyi. Kadang-kadang aku nemu Devon d bawah meja belajar atau di kolong tempat tidur lagi mojok sama cicak. Aku penasaran abis sama Devon, kenapa dia PDKT sama cicak yah, entahlah, mungkin Devon sudah kehilangan jati dirinya sebagai labi-labi. Aku hanya bisa pasrah sama keadaan Devon yang mengalami disorientasi terhadap klannya sendiri. Lemas dengkulku ini mengetahui Devon terganggu mentalnya.
Setelah asik main hide and seek, aku ambil Devon kembali. Biasanya sebelum aku balikin dia ke aquarium lagi, aku suka mainin kepalanya. Dia seneng banget nyembunyiin kenyataan pahit dalam hidupnya jadi piaraanku dengan menyembunyikan kepalanya yang sedikit lonjong dan berwarna ijo menor itu. Biasanya dia g mau nongolin kepalanya kalo kita mau berpisah. Ritual yang sering kita lakukan adalah kita saling berpelukan dan memberi ciuman terhangat...

Tapi siang itu beda... kehangatan dan kemesraan kita berubah jadi disaster. Bencana besar. Devon berubah menjadi brutal....

Aku teriak-teriak panik, berusaha menemukan bantuan secepatnya...
Bantuanpun datang... teng terenggggg

tolongin aku bangggggggggggggggggg” pintaku

Dengan bingung abangku dan mencoba mencari tau apa yang sedang menimpa adek tercintanya ini... “kamu kenapa dek?” (tentu dengan nada panik yang sangat terdengar jelas dibuat-buat). Abangku yang sok perhatian itupun berubah sedikit lebih serius karena melihatku berlianagan air mata...
Dengan sigap dia menarik kedua tanganku yang menutupi mulutku. Dalam waktu yang sebentar itu abangku bisa menyimpulkan musibah apa yang sedang menimpaku...

teng tereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeng....

Abangku yang aku pikir bakalan jadi hero ku siang itu, ternyata salah besar... dia menertawakan bencana yang sedang menderaku... tertawa dia sampai guling-guling (bahasa inggrisnya: Rolling on Floor Laughing).

“kenapa katawa?? Batuin aku!!!!!!!!!!!” dengan sedikit kecewa dan marah akhirnya aku bersuara...
Masih dengan sedikit tertawa menghina, abangku itu memberikanku bantuan, seraya bertanya “bagaimana mungkin labi-labi yang katamu nge-soul sama kamu bisa menggigit bibirmu?”.


Ya... Ya... Yaaaaaa... Devon menggigit bibir atasku